Senin, 15 November 2010

Biografi Pangeran Diponegoro

Awal kehidupan

Diponegoro was born on 11 November 1785 in Yogyakarta , and was the eldest son of Sultan Hamengkubuwono III of Yogyakarta. Diponegoro lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta , dan merupakan putra sulung Sultan Hamengku Buwono III dari Yogyakarta. When the sultan died in 1814, Diponegoro was passed over for the succession to the throne in favor of his younger half brother who was supported by the Dutch. Ketika sultan meninggal pada tahun 1814, Diponegoro melewati untuk suksesi takhta demi saudara tiri muda itu yang didukung oleh Belanda. Being a devout Muslim, Diponegoro was alarmed by the relaxing of religious observance at his half brother's court, as well as by the court's pro-Dutch policy. Menjadi seorang Muslim yang taat, Diponegoro khawatir dengan santai dari ketaatan agama di pengadilan setengah saudaranya, serta oleh kebijakan pengadilan pro-Belanda. When his half brother died, leaving only an infant son as heir, Diponegoro was again passed over, though he believed he had been promised the right to succeed his half brother. [ 2 ] Ketika saudara tirinya meninggal, meninggalkan hanya seorang anak bayi sebagai ahli waris, Diponegoro kembali lewat di atas, meskipun ia percaya bahwa ia telah dijanjikan hak untuk sukses saudara tirinya. [2]

Pemberontakan melawan Belanda

Dutch colonial rule was becoming unpopular by the local farmers because of tax rises, crop failures and by Javanese nobles because the Dutch colonial authorities deprived them of their right to lease land. pemerintahan kolonial Belanda menjadi tidak populer oleh para petani lokal karena kenaikan pajak, gagal panen dan dengan bangsawan Jawa karena penguasa kolonial Belanda dirampas mereka hak mereka untuk sewa tanah. Because the local farmers and many nobles were ready to support Diponegoro and because he believed that he had been chosen by divine powers to lead a rebellion against the Christian colonials, he started a holy war against the Dutch. Karena petani lokal dan bangsawan banyak yang siap untuk mendukung Diponegoro dan karena ia percaya bahwa ia telah dipilih oleh kuasa ilahi untuk memimpin pemberontakan melawan penjajah Kristen, ia memulai perang suci melawan Belanda. Dipenogoro was widely believed to be the Ratu Adil , the Just Ruler predicted in the Pralembang Joyoboyo. [ citation needed ] Dipenogoro secara luas diyakini sebagai Ratu Adil , dengan Just Penguasa diperkirakan di Joyoboyo Pralembang. [ rujukan? ]
The beginning of the war saw large losses on the side of the Dutch, due to their lack of coherent strategy and commitment in fighting Diponegoro's guerrilla warfare . Awal perang melihat kerugian yang besar di sisi Belanda, karena kurangnya strategi yang koheren dan komitmen dalam memerangi Diponegoro perang gerilya . Ambushes were set up, and food supplies were denied to the Dutch troops. Penyergapan didirikan, dan persediaan makanan yang ditolak untuk pasukan Belanda. The Dutch finally committed themselves to controlling the spreading rebellion by increasing the number of troops and sending General De Kock to stop the insurgencies. Belanda akhirnya berkomitmen untuk mengendalikan pemberontakan menyebar dengan meningkatkan jumlah pasukan dan mengirim Jenderal De Kock untuk menghentikan pemberontakan. De Kock developed a strategy of fortified camps (benteng) and mobile forces. De Kock mengembangkan strategi kamp dibentengi (Benteng) dan pasukan mobile. Heavily-fortified and well-defended soldiers occupied key landmarks to limit the movement of Diponegoro's troops while mobile forces tried to find and fight the rebels. Berat yang diperkaya dan baik membela tentara diduduki landmark kunci untuk membatasi pergerakan pasukan Diponegoro sementara pasukan mobile mencoba mencari dan melawan para pemberontak. From 1829, Diponegoro definitely lost the initiative and he was put in a defensive position. Dari 1829, Diponegoro pasti kehilangan inisiatif dan ia dimasukkan dalam posisi defensif. Many troops and leaders were defeated or deserted. Banyak tentara dan pemimpin kalah atau sepi.

Kekalahan dan pengasingan


The submission of Prince Diponegoro to General De Kock in 1830, painting by Nicolaas Pieneman Pengajuan Pangeran Diponegoro untuk Jenderal De Kock pada tahun 1830, lukisan oleh Nicolaas Pieneman
In 1830 Diponegoro's military was as good as beaten and negotiations were started. Pada tahun 1830 militer Diponegoro adalah sebagai sebaik dipukuli dan negosiasi dimulai. Diponegoro demanded to have a free state under a sultan and he wanted to become the Muslim leader (kalief) for the whole of Java. Diponegoro dituntut untuk memiliki sebuah negara bebas di bawah sultan dan ia ingin menjadi pemimpin Muslim (kalief) untuk seluruh Jawa. In march 1830 he was invited to negotiate under a flag of truce. Pada Maret 1830 ia diundang untuk negosiasi di bawah bendera gencatan senjata. He accepted but was taken prisoner on 28 March despite the flag of truce. Ia menerima tetapi ditawan pada tanggal 28 Maret meskipun bendera gencatan senjata. De Kock claims that he had warned several Javanese nobles to tell Diponegoro he had to lessen his previous demands or that he would be forced to take other measures. [ 3 ] . De Kock mengklaim bahwa ia telah memperingatkan beberapa bangsawan Jawa untuk memberitahu Diponegoro ia harus mengurangi tuntutan sebelumnya atau bahwa dia akan dipaksa untuk mengambil langkah-langkah lain. [3] . The Dutch exiled him to Makassar . Belanda diasingkan ke Makassar 

1 komentar: