Jumat, 19 November 2010

SEJARAH IDUL ADHA

Pada suatu hari Nabi Ibrahim bermimpi, dalam mimpinya itu Allah menyuruh Nabi Ibrahim menyembelih anaknya yang bernama Ismail. Selepas dari mendapat mimpi itu, Nabi Ibrahim pun memberitahu isterinya yang bernama Siti Hajar.
Maka berbincanglah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail. Siti Hajar berkata, “Mungkin mimpimu itu hanya mainan tidur saja tetapi kalau mimpi itu merupakan wahyu, wajiblah dituruti.” Apabila mendengar kata-kata ibunya, Ismail berkata kepada bapanya, “Ayahku, sekiranya ini merupakan wahyu dari Allah S.W.T., aku sedia merelakan diriku untuk disembelih.”
Setelah persetujuan dicapai, keesokan harinya Nabi Ibrahim pun membawa puteranya Ismail untuk disembelih. Perkara Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya telah sampai kepada pengetahuan orang ramai. Hal ini membuat orang ramai takut sehingga ada yang mengatakan, “Nampaknya Nabi Ibrahim mungkin sudah gila hinggakan mahu menyembelih anaknya sendiri. Kalau kita biarkan perkara ini, nanti kitapun akan dibunuhnya.
Walau apapun tuduhan orang terhadapnya, namun Nabi Ibrahim tetap menjalankan tugas yang diperintahkan oleh Allah S.W.T terhadapnya. Setelah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail sampai pada tempat yang dituju, berkatalah anaknya, “Wahai ayahku, aku fikir cara yang baik untuk menyembelih adalah dengan cara aku disembelih dalam keadaan menelungkup tapi mata ayah hendaklah ditutup. Kemudian ayah hendaklah tahu arah pedang yang tajam dan ayah kenakan tepat kepada leherku.”
Kemudian Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah yang Allah S.W.T perintahkan dalam mimpinya. Baginda pun mengucapkan kalimah atas nama Allah lalu memancungkan pedangnya pada leher anaknya itu. Maka terperciklah darah mengenai badan Nabi Ibrahim. Sebagai seorang manusia biasa, Nabi Ibrahim pun menggeletar dan membuka penutup matanya.
Tetapi alangkah terperanjatlah apabila melihat yang disembelihnya itu bukanlah anaknya melainkan seekor kibas. Dengan memuji kebesaran Allah S.W.T, kedua-duanya pun berpeluk-peluk sambil bersyukur kepada Tuhan kerana memberi kekuatan sehingga dapat melaksanakan amanat dari Allah S.W.T.
Sepeninggalan Nabi Ibrahim, iaitu sejak Siti Hajar melepaskan anaknya untuk disembelih oleh baginda, dia sentiasa menangis. Fikirannya bertambah runsing disebabkan diganggu oleh syaitan laknat yang mengatakan kononnya Nabi Ibrahim telah gila dan sebagainya.
Pada suatu hari, dari jauh Siti Hajar mendengar suara takbir memuhi-muji nama Allah, semakin lama semakin dekat dan akhirnya dapatlah Siti Hajar kenali bahawa suara itu adalah suara anaknya Ismail dan suaminya Nabi Ibrahim.
Maka dengan segera dia pergi mendapatkan anak dan suaminya sambil bersyukur kepada Allah S.W.T. kerana telab memberi kekuatan kepadanya sehingga dia sanggup membenarkan anaknya untuk disembelih.
Siti Hajar menangis bukanlah disebabkan marah kepada Nabi Ibrahim tetapi hanyalah menangis seorang ibu terhadap anaknya memandangkan dia adalah seorang wanita yang taat kepada Allah dan tidak mudah digoda oleh syaitan.
Peristiwa ini ada diterangkan dalan surah Ash-Shaffat ayat 101 hingga ayat 111

Sebab- Sebab Kurang Motivasi Belajar

Sebab- Sebab Kurang Motivasi Belajar
 
Tugas guru dalam mengajar dikelas tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas, interaksi, kerjasama, memberikan arahan, petunjuk, penjelasan, serta dorongan, rangsangan, motivasi agar peserta didik belajar secara optimal.
Proses penguasaan pengetahuan, nilai- nilai, keterampilan dan pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan suasana lingkungan yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas. Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kemampuan berfikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi siswa. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairahan dan motivasi belajar. Dalam penciptaan kondisi kelas tersebut peranan guru sangat penting, karena di dalam kelas guru adalah pengelolah, pemimpin, dan panutan siswa, selain itu dia juga sebagai sumber belajar, sumber insprirasi dan motivasi. Dengan demikian suasana kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama besar atau kecilnya motivasi belajar siswa.
Penyebab kedua yaitu datang dari lingkungan keluarga, yang mana lingkungan keluarga ini sangat amat berpengaruh pada kurangnya motivasi belajar siswa. Orang tua dalam keluarga juga berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif dirumah, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh siswa.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan disiplin yang demikian akan menumbuhkan suasana yang hebat, membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para siswa. Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikap curiga, permusuhan, ketidakpercayaan, suasana emosi yang tawar atau cenderung ke arah kebencian, penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb cenderung akan menurunkan motivasi, dan menghilangkan gairah belajar.
Disamping faktor lain yang bersumber dari sekolah dan keluarga, motivasi belajar dapat datang dari diri peserta didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar.  Kondisi kesehatan akan berkembang persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi yang stabil. Keceriaan, kesenangan, kebahagiaan dsb. Sedangkan kondisi yang kurang sehat maka akan menumbuhkan kondisi sosial yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi. Tumbuhnya kondisi pribadi yang sehat juga dilatar belakangi oleh dasar- dasar yang dikembangkan olah keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang paranan kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memberi dasar- dasar bagi kemajuan belajarnya.[9] 

Senin, 15 November 2010

Biografi Pangeran Diponegoro

Awal kehidupan

Diponegoro was born on 11 November 1785 in Yogyakarta , and was the eldest son of Sultan Hamengkubuwono III of Yogyakarta. Diponegoro lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta , dan merupakan putra sulung Sultan Hamengku Buwono III dari Yogyakarta. When the sultan died in 1814, Diponegoro was passed over for the succession to the throne in favor of his younger half brother who was supported by the Dutch. Ketika sultan meninggal pada tahun 1814, Diponegoro melewati untuk suksesi takhta demi saudara tiri muda itu yang didukung oleh Belanda. Being a devout Muslim, Diponegoro was alarmed by the relaxing of religious observance at his half brother's court, as well as by the court's pro-Dutch policy. Menjadi seorang Muslim yang taat, Diponegoro khawatir dengan santai dari ketaatan agama di pengadilan setengah saudaranya, serta oleh kebijakan pengadilan pro-Belanda. When his half brother died, leaving only an infant son as heir, Diponegoro was again passed over, though he believed he had been promised the right to succeed his half brother. [ 2 ] Ketika saudara tirinya meninggal, meninggalkan hanya seorang anak bayi sebagai ahli waris, Diponegoro kembali lewat di atas, meskipun ia percaya bahwa ia telah dijanjikan hak untuk sukses saudara tirinya. [2]

Pemberontakan melawan Belanda

Dutch colonial rule was becoming unpopular by the local farmers because of tax rises, crop failures and by Javanese nobles because the Dutch colonial authorities deprived them of their right to lease land. pemerintahan kolonial Belanda menjadi tidak populer oleh para petani lokal karena kenaikan pajak, gagal panen dan dengan bangsawan Jawa karena penguasa kolonial Belanda dirampas mereka hak mereka untuk sewa tanah. Because the local farmers and many nobles were ready to support Diponegoro and because he believed that he had been chosen by divine powers to lead a rebellion against the Christian colonials, he started a holy war against the Dutch. Karena petani lokal dan bangsawan banyak yang siap untuk mendukung Diponegoro dan karena ia percaya bahwa ia telah dipilih oleh kuasa ilahi untuk memimpin pemberontakan melawan penjajah Kristen, ia memulai perang suci melawan Belanda. Dipenogoro was widely believed to be the Ratu Adil , the Just Ruler predicted in the Pralembang Joyoboyo. [ citation needed ] Dipenogoro secara luas diyakini sebagai Ratu Adil , dengan Just Penguasa diperkirakan di Joyoboyo Pralembang. [ rujukan? ]
The beginning of the war saw large losses on the side of the Dutch, due to their lack of coherent strategy and commitment in fighting Diponegoro's guerrilla warfare . Awal perang melihat kerugian yang besar di sisi Belanda, karena kurangnya strategi yang koheren dan komitmen dalam memerangi Diponegoro perang gerilya . Ambushes were set up, and food supplies were denied to the Dutch troops. Penyergapan didirikan, dan persediaan makanan yang ditolak untuk pasukan Belanda. The Dutch finally committed themselves to controlling the spreading rebellion by increasing the number of troops and sending General De Kock to stop the insurgencies. Belanda akhirnya berkomitmen untuk mengendalikan pemberontakan menyebar dengan meningkatkan jumlah pasukan dan mengirim Jenderal De Kock untuk menghentikan pemberontakan. De Kock developed a strategy of fortified camps (benteng) and mobile forces. De Kock mengembangkan strategi kamp dibentengi (Benteng) dan pasukan mobile. Heavily-fortified and well-defended soldiers occupied key landmarks to limit the movement of Diponegoro's troops while mobile forces tried to find and fight the rebels. Berat yang diperkaya dan baik membela tentara diduduki landmark kunci untuk membatasi pergerakan pasukan Diponegoro sementara pasukan mobile mencoba mencari dan melawan para pemberontak. From 1829, Diponegoro definitely lost the initiative and he was put in a defensive position. Dari 1829, Diponegoro pasti kehilangan inisiatif dan ia dimasukkan dalam posisi defensif. Many troops and leaders were defeated or deserted. Banyak tentara dan pemimpin kalah atau sepi.

Kekalahan dan pengasingan


The submission of Prince Diponegoro to General De Kock in 1830, painting by Nicolaas Pieneman Pengajuan Pangeran Diponegoro untuk Jenderal De Kock pada tahun 1830, lukisan oleh Nicolaas Pieneman
In 1830 Diponegoro's military was as good as beaten and negotiations were started. Pada tahun 1830 militer Diponegoro adalah sebagai sebaik dipukuli dan negosiasi dimulai. Diponegoro demanded to have a free state under a sultan and he wanted to become the Muslim leader (kalief) for the whole of Java. Diponegoro dituntut untuk memiliki sebuah negara bebas di bawah sultan dan ia ingin menjadi pemimpin Muslim (kalief) untuk seluruh Jawa. In march 1830 he was invited to negotiate under a flag of truce. Pada Maret 1830 ia diundang untuk negosiasi di bawah bendera gencatan senjata. He accepted but was taken prisoner on 28 March despite the flag of truce. Ia menerima tetapi ditawan pada tanggal 28 Maret meskipun bendera gencatan senjata. De Kock claims that he had warned several Javanese nobles to tell Diponegoro he had to lessen his previous demands or that he would be forced to take other measures. [ 3 ] . De Kock mengklaim bahwa ia telah memperingatkan beberapa bangsawan Jawa untuk memberitahu Diponegoro ia harus mengurangi tuntutan sebelumnya atau bahwa dia akan dipaksa untuk mengambil langkah-langkah lain. [3] . The Dutch exiled him to Makassar . Belanda diasingkan ke Makassar